Tuesday 25 January 2011

bahagia karena Jarwo

Seorang pemulung bernama Jarwo,

setiap keberadaannya di depan pagar rumah selalu membuat keluarga saya ribut
memang Jarwo seminggu dua kali selalu datang pagi-pagi sekitar pukul lima
lengkap dengan topi hitam, karung besar yang kumal, rokok tembakau menyala di mulutnya dan baju lusuh, dia duduk di depan pagar.

"jarwo meneh jarwo meneh!" begitu omelan seisi rumah
"wah jan rung ono lawuh, endog yo entek, njuk meh dikeki opo kae si jarwo?" kata budhe
"pun diparingi duit mawon" kata yang muda
"aswes duit meneh, nek di keki duit ndak kesenengen, ming bolabali moro rene, marai repot" katanya lagi.

---

walaupun sambil ngomel tetap saja sebungkus nasi  dan teh panas selalu disediakan untuk Jarwo.
selalu, bahkan tidak pernah dia pamit tanpa membawa sekresek makanan atau tiga bahkan lima lembar uang seribuan.
dengan begitu dia datang lagi di minggu-minggu berikutnya.

sampai suatu saat awal tahun ini,
pakdhe berkata pada saya
"kok, si jarwo ora rene meneh yo?"
"aah paling lagi akeh gawean" kata saya enteng.
"malahane to pakdhe?" tanya saya yang di-iyakan oleh pakdhe.

lalu tidak tahu apa yang terjadi kemudian.

selang beberapa hari setelah pembicaraan saya dengan pakdhe.

Pagi hari, ya, hari ini, saya terbangun dari tidur
melihat di meja dapur ada 3 buah terang bulan besar, saya ambil sepotong dan saya makan.
"mah sopo sing neng sekaten?" tanya saya pada ibu
"ora ono" jawabnya singkat
"enak mah terang bulane empuk tur kurang legi setithik" kata saya kemudian
"lha iyo karang terang bulan kosongan, gilo" kata ibu saya membuka terang bulan yang dalamnya kosong itu.

"pur, terang bulane wis dibakar meneh?" teriak budhe dari dapur simbah
"oh sampun, niki budhe, ndengaren enten terang bulan akeh" saya menimpali teriakan budhe sambil mengunyah potongan terang bulan terakhir.
"ho oh mau isuk jarwo ngoleh-olehi, enak? kok yo "dong" yo Jarwo ki" jawaban budhe sempat membuat saya hampir tersedak mengeluarkan terang bulan yang masih tersisa di mulut saya.

"kuwi mau isuk-isuk jarwo moro rene, mau bengi golek botol bekas neng sekaten eh malah di kek-i bakul terang bulan, jarwo rak yo ra nduwe sopo2 sing di oleh-olehi, dadi yo diparingke kene, jare mumpung deke nduwe rejeki" jelas ibu saya.

sempat diam sejenak dan saya sangat bersyukur mengenal pemulung seperti Jarwo.
God bless u, Jarwo.

_tulisan ini hanya ditulis begit saja, tanpa ada tujuan apa-apa, sebagai pelepas rindu dan berbagi apa yang saya syukuri pagi ini karena, YA! Saya berbahagia karena jarwo_ =)

Tuesday 11 January 2011

Do you love "ceker"?

Yes we do!!!

hahaha kenapa WE, karna bukan hanya saya saja...
Seluruh anggota keluarga saya suka  makan ceker terkecuali adik saya yang akan tersiksa saat makan ceker dikarenakan kawat giginya itu =D:





keluarga saya adalah keluarga yang sederhana, sepiring ceker saja sudah bisa membuat kami tertawa bersama saat nonton tipi disambi krikit-krikit kaki-kaki ayam itu. Sluuurp....
Apalagi saat menjelang Natal 2010, ibu saya membuat sepanci ceker bacem presto, setelah bacemnya siap kami tinggal membakarnya bersama-sama...

Saya suka suasana makan ceker bersama tiba =)